"KARYA SISWA DAN GURU": MGMP Seni SMAN 42 Jakarta: "SKETSA MENGAJAR GURU" By Slamet Priyadi

Kamis, 25 April 2013

MGMP Seni SMAN 42 Jakarta: "SKETSA MENGAJAR GURU" By Slamet Priyadi

Denmas Priyadi Blog│Jumat, 26 April 2013│09:02 WIB

Evaluai praktk siswa

Guru adalah kunci pembuka pintu keberhasilan siswa dalam menggapai cita-citanya. Oleh karena itu sosok guru dalam mendidik dan mengajar harus memiliki kompetensi dan keprofesionalan yang cukup di ranah yang digelutinya itu. Untuk itu sosok guru kiranya harus memiliki komitmen tinggi dengan melakukan sejumlah persiapan dengan membuat sketsa pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswanya saat mengajar.

Ekspresi lagu Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional}

Ekspresi Lagu Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional)

Pola sketsa pembelajaran guru dalam mengajar tersebut adalah;

1. Guru harus memiliki persiapan matang baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Dalam mengajar harus terencana, terstruktur, kreatif, inovatif, dan interaktif.

3. Dalam mengajar harus dengan pendekatan psikologis, individual, klasikal dan sosial.

4. Dalam mengajar harus menggunakan strategi, metode, dan alat bantu atau media pembelajaran yang tepat.

5. Dalam mengajar harus ada evaluasi baik evaluasi ke dalam (penilaian diri sendiri) mau pun ke luar (siswa).

Evaluasi diri dilakukan sebagai koreksi ke dalam, sampai sejauhmanakah tingkat perkembangan dan peningkatan kualitas guru dalam mengajar. Sedangkan evaluasi ke luar dilakukan agar dapat mengetahui dan sebagai input informasi guru secara akademik, apakah materi pembelajaran yang disampaikan pada siswa

bisa diterima siswa atau tidak.

Penulis:

Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor

MGMP SENI BUDAYA SMAN 42 JAKARTA: Sketsa Mengajar Guru By Slamet Priyadi: --> Denmas Priyadi Blog│Jumat, 26 April 2013│09:02 WIB Evaluai praktk siswa Ekspresi lagu Ki Hajar Dewantara (Bapak Pe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Belajar Itu Seni Untuk Mengembangkan diri"

Selasa, 16 April 2013 - Karya Siswa Dan Guru - 17:21 WIB - Jika anda pernah membaca buku Ma’alim fit ath-Tharik, tulisan Sayyid Quthb yang terkenal itu, pasti anda pun akan berdecak kagum. Dalam bukunya beliau memaparkan kepada kita tentang bagaimana kehebatan, keluarbiasaan prilaku belajar dari para generasi sahabat Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Sehingga dengan kehebatan dan keluarbiasaannya dalam perilaku belajar itu, mereka generasi pertama Islam mampu melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam kemajuan peradaban dunia. Dalam bukunya itu Sayyid Quthb lebih lanjut mengatakan,

“Kehebatan generasi sahabat bukan semata-mata karena di sana ada Rasulullah, sebab jika ini jawabannya berarti Islam tidak rahmatan lil’alamin. Kehebatan mereka terletak pada semangat mereka untuk belajar lalu secara maksimal berupaya mengamalkannya”.

Nah jika demikian, ini artinya prilaku proses belajar yang kita lakukan tidak berhenti hanya pada mempelajari sesuatu saja, melainkan harus dibarengi pula dengan praktiknya, belajar untuk mengaplikasikannya. Dengan begitu kita memperoleh jawaban atas adanya fakta social yang kontradiktif antara pengetahuan yang dimiliki dengan sketsa pikir dan sikap prilaku dalam keseharian kita.

Dari generasi pertama Islam, generasi sahabat Rasulullah yang sangat mengedepankan perilaku belajar itu telah memberikan pandangan kepada kita tentang “learning how to think”, belajar bagaimana untuk memahami. Mereka sangat haus akan pengetahuan, dan semangat mereka untuk mempelajari sesuatu dan belajar tentang sesuatu tidak mengenal kata selesai. Ya, belajar itu sepanjang hayat. Selain itu, mereka juga memberi contoh teladan kepada kita agar “learning how to do”, belajar bagaimana untuk melakukan dan mempraktikkan ilmu yang sudah didapat dalam perilaku belajar, dalam keseharian kita secara realita dan senyatanya. Dan, semuanya itu tentu harus pula dilambari dengan prilaku religius. Artinya, dari apa pun yang sudah kita pelajari harus mampu menjadi acuan dalam berpikir, berperilaku dan bersikap di dalam keseharian kita. (transfer of learning).

Referensi

Dwi Budiyanto. 2009. “Prophetic Learning”. Yogyakarta: Pro-U Media.

Penulis

Slamet Priyadi