"KARYA SISWA DAN GURU": Puisi Karya Marsaulina Agnes Kelas X-4 SMA Negeri 42

Rabu, 22 Mei 2013

Puisi Karya Marsaulina Agnes Kelas X-4 SMA Negeri 42

-->

Denmas Priyadi Blog│Kamis, 23 2013│10:27 WIB

Apa yang harus aku lakukan?

Apa Yang Harus Aku Lakukan?

Karya: Marsaulina Agnes Kls X-4

Tepat enam belas tahun yang lalu

Aku terlahir ke dunia tanpa ada dosa tanpa ada luka

Tahun demi tahun telah aku lalui

Dan kegembiraanku telah ada di hati

Tawa, canda, senyuman yang terpancar dari mataku ini

Akankah ini bertahan abadi?

Tawaku yang dahulu sangat lucu

Senyuman yang selalu aku pancarkan

Segala candaku yang aku rasakan selama ini

Akankah berganti tangis dan kepiluan hati?

Satu demi satu semua pergi

Satu demi satu meninggalkanku

Nafsu amarah menguasai perasaanku

Dan, dendam pun cengkeram jiwaku

Tuhan, inikah yang harus aku dapatkan

Apakah ini yang harus ku jalani sendiri

Tanpa ada yang tahu sakitnya hidup ini

Tanpa ada kalimat tanya, apa yang terjadi padaku

Pada siapa akan ku ungkapkan amarahku

Siapakah yang akan peduli dengan penderitaanku

Yang semakin lama terasa semakin melenyapkanku

Sampai akhirnya, aku mati tanpa ada yang tahu

Hidupku ini mungkin tak seindah yang aku harapkan

Dan, yang tak seindah pada awalnya

Semuanya berlalu begitu saja

Dan pada akhirnya aku bertanya

Apa yang harus aku lakukan

Kamis, 11 April 213 (Marsaulina Agnes)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Belajar Itu Seni Untuk Mengembangkan diri"

Selasa, 16 April 2013 - Karya Siswa Dan Guru - 17:21 WIB - Jika anda pernah membaca buku Ma’alim fit ath-Tharik, tulisan Sayyid Quthb yang terkenal itu, pasti anda pun akan berdecak kagum. Dalam bukunya beliau memaparkan kepada kita tentang bagaimana kehebatan, keluarbiasaan prilaku belajar dari para generasi sahabat Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Sehingga dengan kehebatan dan keluarbiasaannya dalam perilaku belajar itu, mereka generasi pertama Islam mampu melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam kemajuan peradaban dunia. Dalam bukunya itu Sayyid Quthb lebih lanjut mengatakan,

“Kehebatan generasi sahabat bukan semata-mata karena di sana ada Rasulullah, sebab jika ini jawabannya berarti Islam tidak rahmatan lil’alamin. Kehebatan mereka terletak pada semangat mereka untuk belajar lalu secara maksimal berupaya mengamalkannya”.

Nah jika demikian, ini artinya prilaku proses belajar yang kita lakukan tidak berhenti hanya pada mempelajari sesuatu saja, melainkan harus dibarengi pula dengan praktiknya, belajar untuk mengaplikasikannya. Dengan begitu kita memperoleh jawaban atas adanya fakta social yang kontradiktif antara pengetahuan yang dimiliki dengan sketsa pikir dan sikap prilaku dalam keseharian kita.

Dari generasi pertama Islam, generasi sahabat Rasulullah yang sangat mengedepankan perilaku belajar itu telah memberikan pandangan kepada kita tentang “learning how to think”, belajar bagaimana untuk memahami. Mereka sangat haus akan pengetahuan, dan semangat mereka untuk mempelajari sesuatu dan belajar tentang sesuatu tidak mengenal kata selesai. Ya, belajar itu sepanjang hayat. Selain itu, mereka juga memberi contoh teladan kepada kita agar “learning how to do”, belajar bagaimana untuk melakukan dan mempraktikkan ilmu yang sudah didapat dalam perilaku belajar, dalam keseharian kita secara realita dan senyatanya. Dan, semuanya itu tentu harus pula dilambari dengan prilaku religius. Artinya, dari apa pun yang sudah kita pelajari harus mampu menjadi acuan dalam berpikir, berperilaku dan bersikap di dalam keseharian kita. (transfer of learning).

Referensi

Dwi Budiyanto. 2009. “Prophetic Learning”. Yogyakarta: Pro-U Media.

Penulis

Slamet Priyadi