Drs. Slamet Priyadi |
Dalam berbagai kesempatan saat saya dan teman-teman santai minum kopi di
kantin samping Rumah sakit Halim, saya acapkali berbincang-bincang tentang
berbagai hal. Sekali waktu kami bahas juga tentang prestasi akademik siswa SMA
Negeri 42 yang masih tertinggal dengan sekolah lain seperti SMAN 48, SMAN
81 dan yang lain. Dalam kesempatan diskusi tersebut saya lontarkan pertanyaan
sebagai berikut, “Apakah sekolah memiliki pengaruh besar terhadap prestasi
belajar siswa?”, “Mengapa sampai sekarang prestasi akademik siswa SMA Negeri 42
masih tertinggal dengan sekolah lain yang notabene lebih muda usianya
disbanding SMA Negeri 42?”. Pertanyaan tersebut cukup menggelitik dan
membuat berkerut kening teman-teman karena jawabannya memang butuh
analisa secara pedagogis serta pemikiran yang
referensional (berdasar keilmuan).
Jawaban klise terucap: “Ya tentu, dong! Soalnya perekrutan siswa kelas X
pada awalnya memang sudah bukan siswa-siswa yang pilihan, dalam arti
siswa-siswa yang masuk mendaftar ke SMAN 42 bukan pilihan pertama akan tetapi
yang ke dua yang secara intelktual relative rendah”. Dengan Input dan
kualitas siswa yang demikian tentu saja wajar apabila outputnya juga rendah.
Jawaban tersebut memang ada benarnya
akan tetapi, itu justru menggambarkan kegagalan kita sebagai guru dan sekolah,
komponen sekolah beserta fasilitas dan sarana sekolah sebagai institusi
pendidikan yang selama ini tempat kita mengabdi, dan bekerja selaku tenaga
pendidik. Jelasnya jawaban tersebut seakan-akan menunjukkan kepada kita bahwa
SMAN 42 selaku institusi pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap performa akademik siswa.
Pandangan yang menyatakan penyebab rendahnya kualitas siswa (prestasi akademik
siswa) karena “input” yang rendah, saya pikir tidak tepat karena itu berarti
proses pembelajaran (schooling) yang dilakukan oleh SMAN 42 sama sekali tidak
berarti karena tidak memberikan nilai tambah pada diri siswa. Kalaupun ada
siswa yang berprestasi menggembirakan, semata-mata itu karena kemampuan dirinya
yang memang sudah ada sebelumnya hasil dari didikan dan binaan orang tua atau
pada sekolah sebelumnya.
Dengan demikian, utamanya kita tidak lagi berdalih mempermasalahkan kualitas
input yang diterima sekolah, akan tetapi bagaimana kita memfokuskan pada
strategi, model, dan metode-metode apa yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan dan pretasi akademik siswa. Kualitas input yang rendah lebih baik
kita jadikan sebagai pemicu semangat dalam rangka untuk membuktikan kepada
masyarakat, bangsa dan Negara bahwa lembaga pendidikan khususnya SMA Negeri 42
mampu memberikan nilai tambah (value added) bagi siswa semua.
Yok kita
bangkit dan berjuang keras tingkatkan prestasi! JAYALAH, JAYALAH SMA Negeri 42 (Rabu, 20 April 2011-Slamet Priyadi di
Lido-Bogor/referensi: Pembelajaran yang efektif-Jamaludin, M.Ed)